TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross memint pasar bersabar dan terus menunggu kelanjutan penyelesaian perang dagang Amerika Serikat-Cina. Ia menyebut, setelah Presiden AS Donald Trump menunda pengenaan tarif 10 persen untuk produk impor Cina, Beijing tidak langsung meresponsnya dengan membuat konsesi perdagangan.
"Ini bukan quid pro quo," kata Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross kepada televisi CNBC dalam sebuah wawancara, menggunakan frasa Latin yang berarti bantuan dipertukarkan dengan bantuan, di Washington, Kamis 15 Agustus 2019.
Seperti diketahui, pada Selasa lalu Trump telah menunda pemberlakuan tarif untuk ribuan produk impor Cina. Tarif untuk produk teknologi, pakaian dan alas kaki. Pejabat AS dan China juga mengumumkan diskusi perdagangan baru ini totalnya sekitar US$ 150 miliar.
Kedua perkembangan itu menarik perhatian pasar saham saat dua ekonomi terbesar dunia memasuki tahun kedua dari perselisihan perdagangan mereka.
Penundaan tarif Trump ini bertepatan dengan kekhawatiran resesi di pasar AS setelah saham-saham di Wall Street mengalami kerugian terbesar dalam satu hari. Indeks Dow Jones Industrial Average dan Komposit Nasdaq keduanya jatuh tiga persen, sedangkan Standard dan Poor's 500 yang lebih luas kehilangan 2,9 persen.
Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro, dalam wawancara terpisah di Fox Business Network, mengatakan keputusan untuk menunda tarif tambahan dibuat untuk membatasi rasa sakit pada perusahaan-perusahaan AS, yang sudah memiliki kontrak membeli barang-barang Cina untuk musim penjualan liburan. Perusahaan ini tidak memiliki cara untuk menghindari biaya kepada konsumen.
"Mencari konsesi dari China dengan imbalan tarif yang tertunda adalah "cara yang benar-benar salah untuk melihatnya," kata Navarro.
Namun, Navarro menolak untuk mengatakan apa yang ingin dicapai oleh negosiator AS dalam pembicaraan dengan pejabat Cina sebelum tarif diberlakukan.